ANTV (dilafalkan dalam bahasa Indonesia: [antɛfe], singkatan dari Andalas Televisi, sebelumnya dikenal sebagai ANteve dari tahun 1993 hingga 2003) merupakan salah satu jaringan televisi swasta nasional di Indonesia. ANTV memulai perjalanannya dengan mendapatkan izin siaran lokal di Bandar Lampung pada tanggal 1 Januari 1993. Dua bulan setelahnya, pada 1 Maret 1993, ANTV resmi bersiaran secara nasional.
ANTV dimiliki oleh Intermedia Capital (MDIA), yang merupakan perusahaan di bawah naungan Visi Media Asia (VIVA), yang juga dimiliki oleh Bakrie Group. Seiring waktu, ANTV telah berkembang menjadi salah satu stasiun televisi terkemuka di Indonesia, menyajikan beragam program menarik yang mencakup hiburan, berita, dan berbagai acara spesial yang menarik perhatian pemirsa di seluruh tanah air.
Sejarah ANTV: Awal Bersiaran (1993-2001)
Stasiun televisi pertama yang direncanakan oleh Grup Bakrie muncul pada Juli 1992 dengan nama PT Cakrawala Bumi Sriwijaya Televisi (CBS TV), yang berbasis di Palembang, Sumatera Selatan. CBS TV awalnya direncanakan beroperasi di bawah PT Usaha Mediatronika Nusantara, anak usaha dari PT Bakrie Investindo, dan dikelola oleh Nirwan Bakrie.
Target utama program yang akan disiarkan oleh CBS TV adalah berita dan olahraga. Stasiun ini telah mendapatkan izin dari pemerintah untuk bersiaran lokal pada 31 Desember 1991. Namun, perjalanan CBS TV tidak berlangsung lama, dan pada awal 1993, fokus Grup Bakrie beralih ke peluncuran ANTV sebagai stasiun televisi nasional yang dapat menjangkau pemirsa lebih luas di Indonesia.
Dengan peluncuran ANTV pada 1 Maret 1993, stasiun ini mulai menyajikan beragam program yang menarik, dan seiring waktu, berhasil membangun reputasi sebagai salah satu saluran televisi swasta terkemuka di Indonesia.
Sejarah ANTV: Perkembangan Awal dan Pindah ke Jakarta
Pada masa itu, televisi swasta di Indonesia (kecuali TPI) hanya diperbolehkan bersiaran lokal. Untuk itu, Grup Bakrie merencanakan pembentukan televisi lokal lain di Bandar Lampung, di bawah perusahaan PT Cakrawala Andalas Televisi yang didirikan pada 25 Oktober 1990 di Jakarta, dengan akta yang disahkan pemerintah pada 27 November 1993. Meskipun izin siarannya sudah didapatkan sejak 17 September 1991, ANteve (nama yang dipilih untuk memudahkan pembacaan) baru memulai siaran percobaannya di Lampung pada 1 Januari 1993, dengan biaya awal sekitar Rp 25 miliar.
ANTeve dimaksudkan untuk menjadi televisi pertama yang memiliki kantor dan studio di luar pulau Jawa, sesuai dengan nama "Andalas." Namun, perubahan signifikan terjadi pada 18 Januari 1993, ketika Menteri Penerangan mengeluarkan SK Menpen 04A/1993 yang mengizinkan televisi swasta untuk bersiaran nasional. ANteve kemudian memperoleh izin siaran nasional melalui surat izin nomor 207/RTF/K/I/1993 yang dikeluarkan pada 30 Januari 1993.
Dengan pemberian izin tersebut, operasional CBS TV dan televisi lokal lain bernama PT Sanitya Mandara Televisi (SMTV) yang berbasis di Yogyakarta digabungkan dengan PT Cakrawala Andalas Televisi. Keputusan diambil untuk memindahkan operasional ANteve ke Jakarta. Sebelum resmi memulai siarannya di Jakarta, ANteve membangun studio di Pengadegan, Jakarta Selatan, dan menggunakan pemancar sementara di Mulia Center. Modal awal untuk pendirian ANteve mencapai Rp 90-100 miliar.
Perubahan ini menandai langkah penting bagi ANTV, yang kemudian berkembang menjadi salah satu stasiun televisi swasta terkemuka di Indonesia.
Sejarah ANTV: Siaran Nasional Pertama dan Ekspansi
Pada 28 Februari 1993, ANTeve resmi memulai siaran nasionalnya di Jakarta, dengan durasi siaran selama 5 jam (18.00-23.00 WIB). Keesokan harinya, pada 1 Maret 1993, ANteve untuk pertama kalinya memproduksi program sendiri, berupa liputan jalannya Sidang Umum DPR/MPR dan program berita Laporan ANteve. Momen penting ini kemudian dijadikan sebagai hari jadi ANTV hingga saat ini.
Setelah peluncuran siaran dari Jakarta, ANteve segera mencanangkan pembangunan menara pemancar di Gunung Lemo, Cianjur, Jawa Barat, serta rencana perluasan siaran ke beberapa kota besar, termasuk Medan, Palembang, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, dan Ujung Pandang pada Juni 1993. Dengan ambisi ini, ANteve berharap dapat bersiaran secara tetap secara nasional pada akhir tahun 1993.
Melanjutkan rencana yang dicanangkan oleh CBS TV sebelumnya, ANteve tetap menargetkan program olahraga sebagai acara utama, mengingat tingginya minat masyarakat terhadap olahraga di Indonesia. Dengan langkah-langkah strategis ini, ANTV mulai membangun fondasi yang kuat untuk menjadi salah satu jaringan televisi swasta terkemuka di tanah air.
Sejarah ANTV: Kebangkitan dan Fokus pada Pemirsa Muda
Namun, ANteve mengalami berbagai kesulitan dalam proses perluasan siaran, yang hanya berhasil mencapai Bandung dan Surabaya, serta menghadapi masalah seperti runtuhnya pemancar dan rendahnya rating program. Bertekad untuk memperbaiki keadaan, pada 25 Februari 1994, ANteve diluncurkan kembali sebagai stasiun televisi yang ditujukan untuk anak muda dan remaja, dengan program utama yang berfokus pada film dan musik.
Untuk mendukung kinerjanya, ANteve memindahkan studio baru ke Mulia Center dan pemancar ke Puri Kembangan, Jakarta Barat. Dengan bekerja sama dengan TPI, ANteve membangun sejumlah transmisi di berbagai daerah, sehingga pada akhir 1994, siaran ANteve sudah dapat dinikmati secara nasional.
Mulai 5 Mei 1995, ANteve menjalin kerja sama dalam bentuk penayangan acara-acara MTV, semakin memantapkan diri sebagai televisi yang berfokus pada olahraga dan musik sejak 1996. Dalam kolaborasi ini, ANteve tidak hanya menayangkan musik Barat, tetapi juga memberikan ruang bagi musik Indonesia, termasuk dangdut.
Pada saat itu, komposisi siaran ANteve adalah 40% berita, 40% hiburan, dan 20% olahraga. Sejak 1996, ANteve mulai menggunakan teknologi stereo, dan waktu siar meningkat menjadi 22 jam/hari. ANteve juga menjadi salah satu pionir dalam penggunaan Satellite News Gathering (SNG), yang memungkinkan tayangan langsung dari ruang sidang melalui program Saksi Mata.
Transformasi ini menunjukkan komitmen ANteve untuk beradaptasi dengan selera pemirsa dan memanfaatkan teknologi terbaru dalam penyiaran, membangun basis penonton yang setia di kalangan generasi muda Indonesia.
Sejarah ANTV: Dampak Krisis Ekonomi dan Perubahan Strategi
Meskipun ANteve telah mapan sebagai televisi pemuda dan olahraga, stasiun ini sangat terdampak oleh krisis ekonomi 1997-1998. Krisis tersebut memaksa ANteve untuk memperpendek jam siarnya menjadi 14 jam per hari dan mengurangi program impor, yang semakin memperburuk posisinya di antara lima televisi swasta yang ada, sering kali berada di posisi terbawah.
Memasuki awal 2000-an, ANteve terjebak dalam masalah hutang yang serius dan hampir mengalami peralihan kepemilikan, bahkan menghadapi ancaman pailit. Situasi ini memaksa manajemen untuk melakukan perubahan signifikan, terutama dalam hal image dan strategi siaran.
Perubahan ini sangat penting untuk membangun kembali reputasi ANteve di mata pemirsa dan industri, serta untuk menarik perhatian sponsor dan iklan yang sangat dibutuhkan untuk kelangsungan stasiun. ANteve harus beradaptasi dengan tantangan yang ada untuk tetap relevan dan bersaing di pasar televisi yang semakin ketat.
Sejarah ANTV: Perkembangan dan Perubahan Strategi (2001-2014)
Pada awal tahun 2001, ANteve berhasil mencatatkan prestasi di Museum Rekor Indonesia (MURI) sebagai penyelenggara konser selama 5 jam, menandai langkah positif bagi stasiun ini. Namun, sejak 31 Maret 2002, ANteve bertransformasi menjadi televisi untuk segala usia setelah menghentikan penyiaran program MTV, yang berpindah ke Global TV pada 7 Maret 2002. Meskipun langkah ini diambil, ANteve menghadapi tantangan sebagai stasiun yang "terombang-ambing" tanpa basis pemirsa yang kuat.
Seiring dengan restrukturisasi, pada Maret 2003, bertepatan dengan hari ulang tahun ANteve yang ke-10, nama stasiun ini secara resmi diubah menjadi antv. Perubahan ini juga diiringi dengan perluasan program ke segmen anak-anak dan keluarga, diharapkan dengan biaya sebesar Rp 7 miliar, citra antv dapat diperbaiki di mata penonton.
Meskipun antv berusaha untuk menampilkan diri sebagai stasiun televisi general, ia tetap dikenal luas dengan program-program pertandingan sepak bola, seperti Liga Super Indonesia dan Divisi Utama. Hal ini dapat dikaitkan dengan keterlibatan salah satu anggota keluarga Bakrie, Nirwan Bakrie, yang pada saat itu memegang jabatan penting di PSSI.
Kondisi ini berlangsung hingga 2014, sebelum terjadinya perubahan dalam hal programming, yang diharapkan dapat lebih memperkuat posisi antv di industri televisi dan menarik lebih banyak pemirsa.
Sejarah ANTV: Kerja Sama dengan STAR TV dan Perubahan Program
Pada 29 September 2005, antv berhasil menjalin kerja sama strategis dengan jaringan televisi dunia STAR TV. Kerja sama ini ditandai dengan akuisisi 20% saham antv oleh STAR TV, sesuai dengan batasan yang ditetapkan oleh peraturan perundang-undangan mengenai pemodal asing di televisi swasta. Dengan dukungan manajemen STAR TV, antv mengalami perbaikan signifikan dalam program siarannya, termasuk acara kuis seperti Super Deal dan komedi populer Tawa Sutra, serta penayangan acara dan film impor dari STAR TV.
Di bidang pemberitaan, antv melakukan langkah strategis dengan merekrut wartawan senior Karni Ilyas dan presenter seperti Valerina Daniel dan Grace Natalie, yang berkontribusi dalam pembentukan acara berita lebih baik, yaitu Topik. Perubahan lainnya termasuk merekrut ahli pertelevisian seperti Alex Kumara dan Titian Irmansyah, serta memperbarui logo antv agar lebih menarik.
Namun, meskipun diharapkan kerja sama ini dapat memperkuat posisi antv, akhirnya berakhir pada 23 Juni 2009 karena ketidakcocokan program di mata penonton. Program-program ala STAR TV dianggap terlalu internasional dan kurang melokal, yang tidak sesuai dengan selera pemirsa Indonesia.
Perkembangan Mutakhir ANTV (2014-Sekarang)
Sejak 2014, ANTV semakin dikenal sebagai stasiun televisi yang menyiarkan sinetron buatan berbagai negara Asia, terutama India. Program pertama yang ditayangkan adalah Mahabharata pada 17 Maret 2014, yang ternyata sukses besar di kalangan penonton, terutama ibu-ibu. Keberhasilan ini mendorong ANTV untuk mendatangkan aktor dan aktris dari Bollywood untuk road show di 25 kota di Indonesia. Melihat kesuksesan tersebut, ANTV mulai gencar menayangkan sinetron India lainnya, yang kini menjadi salah satu ciri khas dari stasiun ini.
Penayangan drama India di ANTV terbilang unik dan sukses dibandingkan dengan jaringan televisi lain, seperti MNCTV dan SCTV, yang juga menayangkan drama serupa. Program-program seperti Uttaran, Thapki, Mohabbatein, dan Gopi berhasil mendongkrak rating ANTV dari posisi papan tengah menjadi nomor satu, yang tentunya juga meningkatkan pendapatan iklan stasiun ini.
Meskipun ANTV sempat mencoba peruntungannya dengan menyiarkan drama Turki seperti Abad Kejayaan dan Fatmagul, pada akhirnya hanya drama India yang dipertahankan. Dominasinya di layar ANTV sering kali mendapat kritik, terutama dari Komisi Penyiaran Indonesia (KPI), yang menyoroti durasi sinetron India yang melebihi 30% batas program asing di TV nasional.
ANTV juga berusaha menayangkan program lokal, tetapi sering kali gagal meraih rating yang diharapkan. Beberapa sinetron dan program realitas, seperti Malaikat Kecil dan Cinta di Langit Taj Mahal, tidak berhasil bertahan lama. Sementara itu, program berita yang sebelumnya identik dengan ANTV, seperti Topik dan Lensa Olahraga, kini tidak lagi ditayangkan.
Saat ini, ANTV tidak memiliki program berita sama sekali dan fokus sepenuhnya pada penayangan sinetron dan serial India. Topik hanya menyiarkan acara sela "Topik Terkini" dan berfokus pada kanal YouTube dan situs web ANTVKlik. Sementara itu, Lensa Olahraga telah pindah ke saluran khusus olahraga yang baru, sportOne, yang pada 9 Januari 2023 berubah nama menjadi VTV, dan mulai memprogram acara sinetron, komedi, serta kartun dari ANTV, selain menayangkan acara berita dan siraman qolbu dari tvOne.
Dengan fokus yang jelas pada sinetron India, ANTV terus beradaptasi dengan selera pemirsa, meskipun harus menghadapi tantangan terkait kritik dan regulasi dari lembaga penyiaran.
Perkembangan ANTV dalam Program Olahraga (2022-Sekarang)
Pada 16-17 Juli 2022, ANTV menandai kembalinya program olahraga dengan menyiarkan pertandingan persahabatan antara Persija Jakarta vs RANS Nusantara FC dan Persebaya vs PSIM. Kembalinya program olahraga ini menjadi langkah signifikan bagi ANTV setelah lama fokus pada penayangan sinetron.
Sejak September 2022, ANTV juga mulai menayangkan acara One Pride MMA, sebuah kompetisi seni bela diri campuran yang sebelumnya ditayangkan di tvOne. Langkah ini menunjukkan komitmen ANTV untuk kembali memperkuat posisinya dalam dunia olahraga.
Pada Februari 2023, ANTV melanjutkan ekspansi program olahraga dengan menyiarkan siaran langsung Bundesliga mulai musim 2022-2023 hingga 2024-2025, bekerja sama dengan pemilik lisensi dari Mola TV. Sebelumnya, pertandingan Bundesliga hanya disiarkan di tvOne selama musim 2021-2022.
Dengan langkah-langkah ini, ANTV tidak hanya mengembalikan program olahraga, tetapi juga memperluas jangkauannya dalam penyiaran acara-acara olahraga yang menarik bagi pemirsa Indonesia, sekaligus mendiversifikasi konten yang ditawarkan.
Kepemilikan ANTV: Sejarah dan Tantangan
antv adalah salah satu jaringan televisi di Indonesia yang tidak pernah mengalami perubahan pengendali sejak awal didirikan, yaitu oleh Bakrie Group melalui berbagai anak perusahaannya. Meskipun terjadi perubahan saham minoritas, posisi Bakrie dalam perusahaan ini tetap kokoh. ANTV pertama kali dimiliki secara patungan oleh dua politisi Partai Golkar, yaitu Aburizal Bakrie dan Agung Laksono, dengan pembagian saham 60%-40% (awalnya 55%-45%) melalui PT Bakrie Investindo dan PT Hasmuda Internusa Perdana. Kongsi ini terbentuk karena Bakrie yang ingin mendirikan televisi swasta, tetapi Agung berhasil mendapatkan izin siaran, berkat kedekatannya dengan Menteri Penerangan Harmoko.
Kongsi ini bertahan hingga 2001, ketika Agung melepaskan kepemilikannya kepada PT Capital Managers Asia (CMA), yang juga terafiliasi dengan Bakrie, sehingga kepemilikan Bakrie mencapai 100%.
Namun, akibat krisis ekonomi 1997, ANTV dan kerajaan bisnis Bakrie lainnya terbelit hutang besar. ANTV memiliki utang kepada BNI yang dialihkan ke BPPN sebesar Rp 50 miliar, serta utang kepada kreditor asing dari Jepang, Korea Selatan, dan Inggris sebesar US$ 59 juta. ANTV juga menunggak biaya Hak Penyelenggaraan Frekuensi dari 1995-2000 senilai Rp 4 miliar. Total utang ANTV mencapai US$ 157 juta (sekitar Rp 1,4 triliun), hampir memaksa stasiun ini dipailitkan oleh para kreditornya.
Untuk mengatasi masalah ini, Aburizal Bakrie meminta bantuan anaknya, Anindya Bakrie, untuk menangani permasalahan tersebut. Di bawah kepemimpinannya, ANTV mengajukan proposal perdamaian (PKPU) yang meminta para kreditor untuk mengonversi utangnya menjadi saham pada sidang PKPU Juli 2002. Para kreditor akhirnya setuju untuk mengonversi utangnya menjadi saham, sehingga kepemilikan Bakrie merosot menjadi 17% (12% oleh Bakrie Investindo dan 5,33% oleh CMA), sementara 77,6% sisanya dipegang oleh para kreditor.
Dalam proses restrukturisasi ini, ANTV diluncurkan ulang sebagai antv pada 2003. Meskipun saham Bakrie tergerus, Bakrie tetap dapat menjadi pengendali antv karena diminta oleh para kreditor. Menurut Anindya, sejak restrukturisasi, keuangan antv semakin sehat. Untuk meningkatkan kinerja ANTV, manajemen juga berusaha mencari pendanaan dari bank-bank lokal dan konsorsium bank Korea di bawah PT Sigma Batara senilai US$ 70 juta.
Dengan langkah-langkah ini, ANTV berhasil melalui masa-masa sulit dan kembali stabil di industri penyiaran.
Upaya Pengambilalihan ANTV Sebelum Restrukturisasi
Sebelum restrukturisasi utang, beberapa pihak menunjukkan minat untuk mengambil alih ANTeve.
-
Kompas Gramedia berencana untuk membentuk stasiun televisi sendiri dan mengincar ANteve untuk diakuisisi. Namun, usaha ini gagal karena permintaan mereka untuk keringanan utang dari BPPN tidak diterima. Akhirnya, Kompas Gramedia memilih untuk membeli stasiun lain, yaitu DVN TV.
-
Bhakti Investama, yang dipimpin oleh Hary Tanoesoedibjo, juga menunjukkan minat untuk memiliki ANteve. Namun, mereka mengalami nasib yang sama dengan Kompas Gramedia, gagal dalam upaya akuisisi karena masalah yang berkaitan dengan utang.
-
PT Indopac Media, yang 50% sahamnya dikendalikan oleh Erick Thohir, hampir berhasil menguasai ANteve. Thohir bahkan diundang untuk menjabat sebagai Wakil Direktur ANteve. Namun, negosiasi gagal karena terdapat perbedaan pendapat. PT Indopac menginginkan agar pembayaran pembelian saham dilakukan setelah negosiasi dengan kreditor, sementara Bakrie ingin pembayaran dilakukan segera tetapi penyerahan saham ditunda hingga masalah dengan kreditor diselesaikan. Meskipun tidak berhasil menguasai ANteve, Thohir tetap terlibat dalam pengelolaan stasiun ini sebagai Direktur Utama hingga 2019.
Selain itu, terdapat kabar bahwa ANteve berencana untuk berkongsi dengan Viacom Inc. untuk kerjasama dalam bidang produksi dan manajemen pada 2001, dengan pembagian saham 50-50%. Namun, rencana ini juga tidak terwujud.
Kegagalan beberapa upaya akuisisi ini menunjukkan tantangan yang dihadapi ANteve dalam mempertahankan kendali perusahaan di tengah krisis keuangan yang melanda.
Struktur Kepemilikan ANTV setelah Restrukturisasi
Pada 28 Agustus 2003, struktur kepemilikan antv adalah sebagai berikut:
- Bakrie Investindo: 4,3%
- PT Kencana Cita Kesuma: 1,6%
- PT Bune Era Mandiri: 1,2%
- PT Satria Cita Perkasa: 10,2%
- Magnus Capital Corporation Ltd.: 4,5%
- CMA (Capital Managers Asia): 78,2%
CMA merupakan kendaraan bisnis Bakrie yang bekerja sama dengan sejumlah mantan kreditor ANTV.
Pada 2004, restrukturisasi saham ANTV menghasilkan perubahan signifikan dalam struktur kepemilikan, yang menjadi:
- PT Bakrie Investindo: 20,8%
- CMA: 6,6%
- PT Kencana Cita Kusuma: 7,8%
- PT Bune Era Mandiri: 5,8%
- Nirwan Dermawan Bakrie: 9,4%
- PT Satria Cita Perkasa: 49,6% (pemegang saham mayoritas, masih terafiliasi dengan Bakrie Group)
Dengan perubahan ini, Bakrie berhasil mengendalikan saham mayoritas ANTV kembali dan lepas dari beban utang serta kreditor.
Dalam kondisi keuangan yang semakin membaik, pada 29 September 2005, Bakrie menjalin kerja sama dengan STAR TV, yang saat itu dimiliki oleh konglomerat media asal AS, Rupert Murdoch. Dalam kesepakatan ini, Bakrie menjual 20% saham ANTV kepada STAR TV, sementara 80% saham sisanya tetap dipegang oleh keluarga Bakrie.
Kerja sama ini menandai langkah strategis untuk meningkatkan program dan manajemen ANTV, serta memperkuat posisinya di industri penyiaran Indonesia.
Akhir Kerja Sama ANTV dengan STAR TV
Meskipun ada isu bahwa STAR TV berencana untuk meningkatkan sahamnya hingga 51%, serta pencapaian ANTV yang cukup meningkat di awal kerja sama, pada akhirnya hubungan antara ANTV dan STAR TV berakhir. Pada 23 Juni 2009, STAR TV menjual seluruh sahamnya kepada pihak Bakrie.
Transaksi penjualan ini dilakukan bersamaan dengan pembentukan perusahaan induk ANTV, yaitu Intermedia Capital. Saham-saham ANTV yang sebelumnya dikuasai oleh STAR TV dan sejumlah perusahaan afiliasi Bakrie, seperti Bakrie Capital Indonesia, CMA, Promise Result Ltd., dan Good Response Ltd., dialihkan kepada PT Intermedia Capital.
Intermedia Capital sendiri berada di bawah kendali PT Visi Media Asia (VIVA), yang tetap dikuasai oleh pemilik yang sama, yaitu keluarga Bakrie. Setelah transaksi ini, STAR TV menjadi pemegang saham sebesar 7,5% di VIVA, tetapi pada 2014, seluruh saham tersebut dilepas oleh STAR TV.
Akhir dari kerja sama ini menandai kembalinya ANTV sepenuhnya ke tangan Bakrie Group, yang berkomitmen untuk mengembangkan stasiun televisi ini tanpa keterlibatan pihak asing.
Kepemilikan ANTV dan Rumor Akuisisi (2009-Sekarang)
Sejak 2009, antv tetap dimiliki oleh Visi Media Asia melalui Intermedia Capital. Meskipun ada sejumlah rumor mengenai potensi penjualan ANTV dan VIVA, tidak satu pun dari rencana tersebut yang terwujud.
Pada awal 2013, beredar rumor bahwa Bakrie Group akan menjual ANTV/VIVA kepada Hary Tanoesoedibjo, pemilik grup Media Nusantara Citra, dengan nilai transaksi antara US$ 1,2-2 miliar (sekitar Rp 10-19 triliun). Namun, rumor ini dibantah baik oleh Hary Tanoe maupun oleh pihak VIVA, memastikan bahwa rencana tersebut batal.
Selain itu, pada tahun yang sama, Chairul Tanjung dari CT Corp juga dikabarkan menargetkan untuk mengakuisisi VIVA, termasuk ANTV di dalamnya. CT bahkan menyatakan kesiapannya untuk membeli VIVA dengan modal Rp 17,2 triliun (sekitar US$ 1,8 miliar) secara tunai. Namun, rencana ini juga tidak terlaksana.
Pada April 2018, muncul rumor bahwa ANTV akan diakuisisi 50% sahamnya oleh Emtek. Namun, kabar tersebut dibantah oleh petinggi Emtek dan anak usahanya, Surya Citra Media.
Secara keseluruhan, kendali ANTV tetap dalam tangan Visi Media Asia, dan tidak ada perubahan kepemilikan signifikan yang terjadi meskipun banyak rumor beredar mengenai potensi akuisisi.
Sejarah Logo ANTV
1. Logo Awal (ANteve)
- Nama: ANteve
- Desain: Terdiri dari kata "AN" dengan warna biru, cyan, kuning, jingga, merah jambu, dan hijau, serta "teve" di bawahnya pada latar segi empat hitam.
- Makna: Mencerminkan televisi remaja yang dinamis dan progresif.
2. Modifikasi Logo (1994)
- Tanggal: 13 Februari 1994
- Desain Baru: Warna kuning, merah, hijau, jingga, merah muda, dan cyan, dengan tulisan tipis di bawah kolom persegi panjang warna hijau gelap/biru muda dan ungu/biru tua.
- Identitas Stasiun: Menampilkan gambar siger, simbol asal kota Bandar Lampung.
3. Perubahan Logo (2002-2003)
- Tanggal: 1 April 2002
- Desain: Logo dipindahkan ke kanan layar kaca.
- Logo "10 ANTEVE": Menggunakan huruf bergaya Disney untuk merayakan ulang tahun ke-10 pada Maret 2003.
- Perubahan Nama: Diubah menjadi "antv" huruf kecil dengan warna gradien merah, jingga, dan kuning.
4. Logo Pasca STAR TV (2003)
- Desain: Logo "antv" dimodifikasi untuk menyesuaikan dengan logo STAR TV, menciptakan kombinasi kekuatan internasional dan lokal.
5. Perubahan Logo (2009)
- Tanggal: 20 September 2009
- Desain: Mirip dengan logo 2003, didominasi warna merah dengan bayangan kuning.
- Simbolisme:
- Merah: Kekuatan dan kepercayaan diri.
- Putih: Ketulusan dan integritas.
- Kuning: Kemakmuran.
6. Logo Batik (2013)
- Tanggal: 17 Maret 2013, bertepatan dengan ulang tahun ke-20 ANTV.
- Desain: Variasi logo dengan corak batik, digunakan dalam siaran dan iklan.
7. Logo Merah Putih (2018)
- Tanggal: 25 Maret 2018
- Desain: Variasi merah putih menyesuaikan dengan logo perusahaan.
- Kembali Menggunakan: Logo abu-abu dari 20 Juli 2012 hingga 17 Maret 2013 sebagai logo jeda komersial/iklan.
8. Penggunaan Logo Batik
- Saat Ini: Logo batik digunakan pada seragam karyawan dan karyawati ANTV, meskipun tidak lagi ditampilkan di layar kaca.
Dengan evolusi yang beragam, logo ANTV mencerminkan perjalanan dan identitas stasiun televisi ini, dari awal hingga saat ini.
Slogan Utama ANTV
ANTV telah mengalami beberapa perubahan slogan utama sepanjang sejarahnya. Berikut adalah daftar slogan yang digunakan:
- Saat Paling Meng-asyik-kan (1993-1994)
- Makin Asyik Acaranya! (1994-1996)
- Wow Keren! (1996-2003, 2011-2015)
- Makin Keren (2003-2005)
- Makin Dinamis (2005-2006)
- TV Ramah Buat Keluarga (2006-2010)
- Bebas Stress! (2007-2008)
- Berkilau Bersama antv (2010-2011)
- Keren (2015-2021)
- Lebih Berwarna (2021-2022)
- Rame (2022-sekarang)
Setiap slogan mencerminkan upaya ANTV untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman dan selera pemirsa, serta menegaskan identitasnya sebagai stasiun televisi yang dinamis dan inovatif.
Jaringan Siaran ANTV
ANTV saat ini disiarkan melalui sekitar 37 stasiun televisi, yang dimiliki oleh sekitar 24 perusahaan, menjangkau 31 dari 38 provinsi di Indonesia. Meskipun cakupan ini diperbolehkan menurut Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2021, sebenarnya melanggar pasal 31 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran yang membatasi jangkauan siaran. Hingga tahun 2020, ANTV didukung oleh 43 stasiun pemancar, semua dimiliki oleh ANTV.
Transmisi ANTV dan Stasiun Afiliasinya
Berikut adalah beberapa stasiun dan afiliasinya:
Nama Perusahaan | Nama Stasiun | Daerah | Frekuensi Digital (DVB-T2) | Nama Multipleksing Digital (DVB-T2) |
---|---|---|---|---|
PT Cakrawala Andalas Televisi | antv | DKI Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi | 34 UHF | tvOne Jakarta |
PT Cakrawala Andalas Televisi Bali dan Mataram | antv Denpasar | Kota Denpasar, Singaraja, Buleleng, Kintamani | 42 UHF | antv Bukit Bakung |
antv Mataram | Mataram | 38 UHF | SCTV Mataram | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Yogyakarta dan Ambon | antv Yogyakarta | Yogyakarta, Bantul, Wonosari | 35 UHF | tvOne Yogyakarta |
antv Ambon | Ambon | 45 UHF | tvOne Ambon | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Bandung dan Bengkulu | antv Bandung | Bandung, Cimahi | 38 UHF | antv Bandung |
antv Bengkulu | Bengkulu | 40 UHF | RCTI Bengkulu | |
antv Cirebon | Cirebon | 35 UHF | antv Cirebon | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Semarang dan Palangkaraya | antv Semarang | Semarang, Ungaran | 39 UHF | tvOne Semarang |
antv Palangkaraya | Palangkaraya | 42 UHF | Trans TV Palangkaraya | |
PT Cakrawala Andalas Televisi Surabaya dan Samarinda | antv Surabaya | Surabaya, Gresik | 32 UHF | antv Surabaya |
antv Samarinda | Samarinda, Bontang | 47 UHF | tvOne Samarinda | |
... | ... | ... | ... | ... |
(Daftar di atas hanya sebagian dari seluruh jaringan. Stasiun yang dicetak miring adalah stasiun relay yang belum memiliki siaran lokalnya sendiri.)
Keterangan
- ANTV memiliki cakupan luas di seluruh Indonesia, dengan pemancar dan afiliasi yang tersebar di berbagai daerah.
- Meskipun ada peraturan yang mengatur jangkauan siaran, ANTV terus beroperasi dengan model jaringan yang komprehensif.
- Seluruh stasiun pemancar dimiliki oleh ANTV, mendukung kelangsungan siarannya di tanah air.
Informasi lebih lanjut dapat diperoleh dari data Izin Penyelenggaraan Penyiaran Kominfo dan sumber lainnya.
Saluran Siaran ANTV
Satelit
ANTV dapat diakses melalui beberapa satelit dengan rincian sebagai berikut:
- Telkom-4 (gratis): 3850/H/7000 (MPEG-4/HD)
- K-Vision: Saluran 105
- MNC Vision: Saluran 115
- Nex Parabola: Saluran 105
- Transvision: Saluran 811 (HD)
Kabel
ANTV juga tersedia melalui penyedia layanan kabel:
- First Media: Saluran 13
IPTV
Untuk layanan IPTV, ANTV dapat diakses di:
- Biznet Home: Saluran 14
- IndiHome: Saluran 108 (HD)
- Indosat HiFi: Saluran 10
- MyRepublic: Saluran 563 (HD)
Link Streaming ANTV
ANTV dapat ditonton secara langsung melalui berbagai platform televisi internet, termasuk:
Dengan berbagai pilihan saluran ini, pemirsa dapat dengan mudah mengakses ANTV melalui berbagai platform, baik secara langsung maupun melalui layanan kabel dan satelit.